Saham  

Goldman Sachs Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Akibat Tarif AS, Sarankan BI Segera Turunkan Suku Bunga

Goldman Sachs Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Akibat Tarif AS, Sarankan BI Segera Turunkan Suku Bunga
Goldman Sachs Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Akibat Tarif AS, Sarankan BI Segera Turunkan Suku Bunga

BI Diimbau Fokus pada Pertumbuhan, Bukan Hanya Stabilitas Rupiah

Meski memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga, Bank Indonesia masih berhati-hati akibat tekanan terhadap nilai tukar Rupiah. Sejak awal tahun, Rupiah mengalami depresiasi seiring keluarnya arus modal asing dari pasar domestik.

Namun, menurut laporan Goldman Sachs dan beberapa analis lokal, depresiasi Rupiah kemungkinan besar tak terelakkan, terlebih di tengah ketegangan dagang AS-Tiongkok. Dalam situasi ini, menahan suku bunga tinggi hanya akan memperburuk deflasi dan memperlemah pasar tenaga kerja.

“Bank Indonesia perlu memprioritaskan mandat untuk memulihkan inflasi dan pertumbuhan ketenagakerjaan,” tulis Goldman dalam laporannya. “Apalagi saat AS tengah menghentikan sementara tarif timbal balik, ini adalah momentum untuk bertindak.”

Peran SRBI dan Cadangan Devisa

Dalam upaya mempertahankan nilai tukar Rupiah, Bank Indonesia selama beberapa tahun terakhir telah mengandalkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Instrumen ini dinilai cukup efektif, bahkan mendorong peningkatan cadangan devisa dari USD 136 miliar pada April 2024 menjadi USD 157 miliar pada April 2025.

Namun, dengan risiko deflasi yang terus membayangi dan pertumbuhan ekonomi yang kian lemah, tekanan publik terhadap BI untuk menurunkan suku bunga semakin besar.

Dalam lanskap ekonomi global yang penuh ketidakpastian, keputusan Bank Indonesia dalam beberapa bulan ke depan akan sangat krusial. Dengan ruang inflasi yang longgar, tekanan di pasar tenaga kerja, dan ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga, bank sentral didorong untuk lebih proaktif dalam mengantisipasi perlambatan ekonomi yang lebih tajam.

Jika BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga sebesar 100 bps tahun ini, itu akan menjadi langkah paling agresif di Asia—dan sekaligus sinyal kuat bahwa Indonesia bersiap mengatasi tekanan eksternal sambil menjaga keseimbangan domestik.

Sumber: algoresearch, IDX