Berita  

Indonesia di Tengah Ancaman Amerika Serikat: Pertarungan QRIS vs Mastercard dan Visa

Indonesia di Tengah Ancaman Amerika Serikat: Pertarungan QRIS vs Mastercard dan Visa
Indonesia di Tengah Ancaman Amerika Serikat: Pertarungan QRIS vs Mastercard dan Visa

UNTUNG.Today – Indonesia di Tengah Ancaman Amerika Serikat: Pertarungan QRIS vs Mastercard dan Visa. Baru-baru ini, sorotan global tertuju pada Indonesia setelah sistem pembayaran domestiknya, QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) , menjadi sumber ketegangan dalam negosiasi tarif resiprokal dengan Amerika Serikat.

Teknologi canggih yang dikembangkan oleh Bank Indonesia ini dinilai sebagai ancaman serius bagi dominasi perusahaan pembayaran global seperti Mastercard dan Visa , yang selama ini memonopoli industri finansial internasional. Artikel ini akan membahas mengapa QRIS begitu penting bagi kedaulatan ekonomi Indonesia, serta bagaimana Amerika Serikat berusaha melawan sistem ini, hal ini di ulas dalam channel youtube Bennix, berikut rangkumannya.

Apa Itu QRIS?

QRIS adalah sistem pembayaran berbasis kode QR yang dikembangkan oleh Bank Indonesia untuk memfasilitasi transaksi nontunai di dalam negeri. Dengan biaya transaksi yang sangat rendah (0,3% Merchant Discount Rate/MDR ) dibandingkan dengan Mastercard dan Visa (2-3% MDR ), QRIS telah merevolusi cara masyarakat Indonesia bertransaksi.

Melalui QRIS, pengguna hanya perlu menggunakan ponsel mereka untuk memindai kode QR di merchant tanpa harus membawa uang tunai atau kartu kredit. Sistem ini tidak hanya efisien tetapi juga inklusif, karena memungkinkan UMKM yang sebelumnya sulit dijangkau oleh sistem perbankan tradisional untuk masuk ke dalam ekosistem digital.

Mengapa Amerika Serikat Merasa Terancam?

Amerika Serikat, melalui perusahaan-perusahaan besar seperti Mastercard dan Visa , telah lama mendominasi pasar pembayaran global. Namun, kehadiran QRIS di Indonesia menimbulkan ancaman serius terhadap model bisnis mereka. Berikut adalah beberapa alasan mengapa Amerika Serikat merasa terganggu:

  1. Efisiensi Biaya Transaksi
    Biaya transaksi QRIS hanya 0,3% , jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata 2-3% yang dikenakan oleh Mastercard dan Visa. Jika semua transaksi di Indonesia dilakukan melalui QRIS, maka pendapatan Mastercard dan Visa dari negara ini bisa hilang hingga Rp9,6 triliun per tahun .
  2. Jumlah Transaksi yang Besar
    Pada Januari 2025 saja, nilai transaksi QRIS mencapai Rp80 triliun dalam satu bulan. Jika dirata-ratakan per tahun, jumlah ini bisa mencapai Rp960 triliun hingga Rp1 kuadriliun . Bandingkan dengan transaksi kartu kredit yang hanya mencapai 41 juta transaksi , sementara QRIS mencatat 790 juta transaksi pada periode yang sama.
  3. Data Keuangan yang Strategis
    Selain aspek finansial, data transaksi yang dihasilkan oleh QRIS juga memiliki nilai strategis. Dengan mengakses data ini, pihak asing dapat menganalisis perilaku konsumsi masyarakat Indonesia, termasuk pola belanja, preferensi produk, dan bahkan lokasi usaha kecil. Hal ini bisa digunakan untuk tujuan politik atau ekonomi yang merugikan Indonesia.

Baca juga: Indonesia Resmi Mulai Negosiasi Tarif dengan AS, Fokus pada Perdagangan Adil dan Kerja Sama Strategis

Ancaman Terhadap Kedaulatan Ekonomi

Penting untuk dipahami bahwa QRIS bukan sekadar alat pembayaran, melainkan simbol kedaulatan ekonomi Indonesia. Dengan sistem ini, Indonesia berhasil menciptakan teknologi yang tidak hanya lebih efisien tetapi juga independen dari pengaruh asing.

Namun, tuntutan Amerika Serikat dalam negosiasi tarif resiprokal mencerminkan upaya untuk membatasi penggunaan QRIS. Mereka menilai bahwa sistem ini “membatasi” akses perusahaan asing ke pasar Indonesia. Padahal, QRIS dirancang untuk mempermudah transaksi domestik tanpa menghalangi perusahaan asing untuk berpartisipasi.

Solusi untuk Melindungi QRIS

Untuk melindungi QRIS dari tekanan asing, Indonesia perlu mengambil langkah-langkah strategis dalam negosiasi dengan Amerika Serikat. Berikut adalah beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan:

  1. Menekankan Sifat Lokal QRIS
    QRIS adalah sistem yang dirancang khusus untuk kebutuhan domestik. Tidak seperti Mastercard dan Visa yang bersifat global, QRIS tidak dapat digunakan di luar Indonesia. Oleh karena itu, klaim bahwa QRIS “membatasi” akses perusahaan asing tidak relevan.
  2. Menawarkan Opsi Multiguna
    Sistem QRIS dapat dimodifikasi untuk mendukung berbagai metode pembayaran, termasuk kartu kredit Mastercard dan Visa. Dengan demikian, perusahaan asing tetap dapat berpartisipasi dalam ekosistem pembayaran Indonesia tanpa mengorbankan kedaulatan nasional.
  3. Meningkatkan Kolaborasi Antar-Negara
    Indonesia dapat bekerja sama dengan negara-negara lain yang juga menghadapi tekanan serupa dari Amerika Serikat. Misalnya, Singapura dan beberapa negara Eropa telah menyuarakan penolakan terhadap tuntutan AS yang dianggap sebagai bentuk “perbudakan modern”.

Kesimpulan: QRIS Adalah Aset Nasional

QRIS bukan sekadar inovasi teknologi, melainkan alat untuk menjaga kedaulatan ekonomi Indonesia. Dengan biaya transaksi yang rendah, inklusivitas yang tinggi, dan kemampuan untuk melibatkan UMKM, sistem ini telah membuktikan nilainya bagi masyarakat.

Namun, ancaman dari Amerika Serikat tidak boleh diabaikan. Pemerintah Indonesia harus tegas dalam melindungi QRIS dan memastikan bahwa negosiasi dengan AS berjalan adil. Tekanan terhadap QRIS adalah bukti nyata bahwa teknologi lokal dapat bersaing dengan pemain global—dan itulah yang membuatnya begitu berharga.

Mari bersama-sama menjaga QRIS sebagai aset nasional yang melindungi ekonomi kita dari dominasi asing!